Tuhan, Maaf Hari ini Aku Menangis

Saya tidak suka kegelapan.
Tapi ada saat dimana saya harus berdiam diri dalam kegelapan
Saya penakut,
Tapi ada saat dimana saya  harus memberanikan diri tanpa manusia lain dalam satu sekat,
Menyembunyikan tangis

Terlalu miris jika hanya mengandalkan tangis
Terkesan melankolis
Dalam sebuah realistis 
Untuk sesuatu yang  seharusnya manis

Tuhan,
Saya pernah berjanji untuk tidak menangis atas apapun itu,
Kecuali di satu waktu pada suatu hari nanti
Hari yang akan menjadi hari bersejarah

Tuhan maaf, 
Hari ini saya ingkar
Hari ini saya banyak mengeluh
Tuhan, saya masih bisa mengadu kan?
Ayahku bilang, Tempat mengadu paling tenang adalah Pada-Mu

Tuhan,
Awalnya ku pikir hanya kupu-kupu yang bermetamorfosis. 
Ternyata tidak.
Manusia juga.
Mau tambah baik atau sebaliknya, tetap saja namanya berubah
Iya kan?

Tuhan,
Persinggahan yang kataku tempat ternyaman

Akhir-akhir ini tidak lagi menjadi nyaman
Entah..

Ayahku selalu mngingatkanku untuk berbesar hati
Berlatih untuk bersabar, katanya
Tapi Sabar ada batasnya kan?

Tidak ada yang benar-benar tahu 
Bagaimana memahamkan ketidaksukaan terhadap suatu hal
Mau ku bilang lantang, Sudah cukup
Atau berdiam diri, sudah teramat sering
Melebur Ego? Apa masih ada yang peduli?

Tuhan,
Mereka bilang Dewasa itu proses
Tapi apa mereka juga mau berproses?
Jikapun saya bukan ADEK yang baik lagi
Saya masih bisa terbaik di hadapanmu kan?

Ahh, Tangisku Pecah (Tapi cuma lima tetes kok Tuhan) 
Sulit dibendung, 
Tapi Tenang, Saya masih ingat cara tersenyum saat itu kok..

"Jika tak ada lagi bahu untuk bersandar,
Masih ada Sajadah untuk bersujud kan?"

Jika tak ada lagi tempat untuk mengadu,
Masih ada catatan kosong yang siap di isi kan?
Untuk semua perubahan yang ku sebut metamorfosis

Makasih telah memahamkanku tentang itu

Tuhan Maaf,
Hari ini saya menangis 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dandelion, Ilalang, Angin, dan Tuan Matahari

Sembilan Belas Tahun

Perkenalan