Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Untuk Surat-Surat yang Lusuh Ini, Kepada Siapa?

Gambar
Source: Google " Saat kau terlalu rapuh, pundak siapa yang tersandar, tangan siapa yang tak melepas ?" Kalau suatu waktu, nanti, jika hatimu tak lagi mampu membendung kecewa-kecewa, tuliskan saja... Karena menulis adalah salah satu cara menetralisir pahit . Kau percaya kan?  juga selalu ada aku yang siap menyelaminya, tumpahan emosimu yang (mungkin) meluap-luap.  Aku sudah mengenali semua jenis senyummu, semuanya !! Darinya itu ku pahami, bahwa beberapa dari sekian banyak itu, kadang kau merasai kecewa. Betapapun kau menyembunyikannya, masih tetap bisa ku kenali, mana ikhlas mana imitasi. tak sadarkah kau? makanya itu, setiap aku menemuimu dalam senyum yang tidak  biasanya akan segera ku cek tulisan-tulisanmu, barangkali kau telah menuliskannya. Ada apa?? siapa lagi yang membuatmu tersenyum tapi imitasi seperti ini??  Kalau, suatu waktu, nanti, jika banyak pertanyaan-pertanyaanmu yang terlampau sulit kau jawab sendiri, tanyakan saja kepadaku, barangkali kita bis

-_-

Saat seseorang menebak-nebak perkara hatiku, muncullah beberapa nama yang mereka yakini atas diriku. Ku senyumi saja setiap nama itu. Sebab, sekali saja  aku berhenti, maka hambarlah semuanya. Ibarat bayi dalam kandungan, lahirlah ia sebagai seorang premature. Beberapa kali ku duga diriku jatuh kepada cinta, beberapa kali kuduga diriku terserang virus merah jambu, beberapa hal kuyakini jatuh cinta membuat seseorang tampak dewasa... Namun ternyata tidak, setelah ku selami beberapa perkara itu, rupanya saya tidak jatuh cinta, saya juga tidak terserang virus merah jambu, saya (mungkin) hanya berusaha mengikuti ritme hidup atas dasar  kagum atau (mungkin) juga sekadar mengikut-ngikut untuk menjadi tampak lebih dewasa .... Kak, menjadi dewasa kenapa sulit sekali?  Bahkan berpura-pura jatuh cinta tak cukup sama sekali...  Metamorfosa, mereka bilang hidup itu selalu berubah... kalo angka maksimal adalah 10, maka semuanya akan menuju ke titik itu, meskipun terkada

Padahal Malam Ini Sedang Purnama

Gambar
Source: www.nonstop-online.com Beberapa waktu lalu, kaulah yang paling senang mengajakku ke savana yang lapang. Menikmati Sore sambil menunjuk-nunjuk awan lalu menamainya sesuka hati. Beberapa waktu lalu, kaulah yang mengajariku tentang hukum-hukum langit, tentang dimensi-dimensi bumi dan segala siklusnya.. Sejak saat itu, saya menjadi salah satu wanita pengagum langit. Kau pulalah yang merelakan tanganmu di cabit-cabit duri demi mengumpulkan lilitan-lilitan tanaman untuk serangkai bando yang kau letakkan di kepalaku. Beberapa waktu lalu, kaulah yang mengajakku menunggu di teras rumah untuk sebuah pemandangan indah yang kau sebut purnama. Kau bilang kau akan selalu menanti purnama di teras rumah atas apapun yang sedang kau kerjakan. dan saya meyakininya. Lalu, kenapa malam ini kau tak sedikitpun menyentuh teras rumah? Padahal malam ini sedang purnama... Lupakah kau??

Dandelion, Ilalang, Angin, dan Tuan Matahari

Gambar
Dandelion, tanaman kecil yang berpendar kaku di sela ilalang yang menjulang. Jangan di tanya, tentang dirinya yang tumbuh tersudut dan terinjak oleh kawanan organisme yang hendak melewatinya. Dandelion selalu cemburu kepada ilalang yang dapat tumbuh lebih tinggi dari semak, yang menjadikannya primadona di padang rumput. Yang Lebih mudah ditemui tanpa harus berteriak memberi kode pemanggil untuk menemukannya. Sedangkan dandelion? Mungkin kau harus berteriak lantang dengan perpaduan penglihatan yang sangat tajam untuk menemuinya. Jika mungkin, kaca pembesarlah yang dapat membantumu menemukannya, jika kau beruntung! Tak tahu berapa kali lagi dandelion harus berusaha untuk bertumbuh melampaui ilalang, setidak-tidaknya menjadi tanaman yang setara. Namun ilalang selalu lebih dibanding dandelion. Tak ada dandelion yang mampu tumbuh lebih tinggi dari ilalang. “Ada apa denganmu dandelion? Kenapa kau begitu ingin tumbuh lebih tinggi dari ilalang? Menjadi tanaman berhabitus

"Happy Birthday, My Beloved Brother"

Gambar
Beberapa waktu lalu, do'amulah yang paling ku ingat! "Tetap Jadi Sosok Kuat Sekuat Ibumu dan Sabar Sesabar Ayahmu" Seperti ibu dan ayah, saya juga tidak pernah lepas dari sosok seorang kakak. Sebabnya itu, saya selalu senang punya kakak. Untuk aku yang selalu merepotkan paling banyak, semoga dapat ku balas semuanya sesegera mungkin. Lewat tulisan yang lusuh ini, biar ku jabarkan beberapa hal.  Hal pertama, Terimakasih untuk kasih yang begitu banyak, Ingin sekali aku seperti kau kak, selalu senang berbagi dan memberi, menyayangi dengan setulus hati.  Hal kedua, seberapapun saya membuatmu jengkel, mohon hatimu jangan marah, sebab kak, saya tidak pernah bermaksud untuk itu.. Saya akan berusaha untuk tidak membuat orang-orang sekitarku jengkel karenaku... Hal ketiga, Hatimu yang kuat sekali itu, semoga dapat kau tularkan kepadaku.. Sebab, beberapa hal dalam hidup kita selalu di pacu untuk menjadi manusia yang hatinya kuat. Agar bisa bertahan, bisa tumb

Bersama Penalaran

Hey, kemarin lembaga kami tercinta Penalaran Berulang Tahun! Lalu kami berinisiatif menyanyikan sebuah lagu, jadi kami dari angkatan 16 berusaha membuat liriknya. Tadaaaa.. Ini saya rekomendasiku gang, lebih mirip puisi sih... Ku pejamkan mata, terdiam, menghadap timur Nyiur angin menusuk tulang, tertuju pada satu kata Penalaran.... Coba Tanya hatimu kawan... Tanya sekali lagi.. Tidakkah ia tertegun pada kata itu? Meresap-resap, ada bahagia terselip. Ayo Bangun kemandirian, perkecil ketergantungan Loyalis sejati tak pernah mati Bertahan dan bertuhan,   Menggapai asa, bertumbuh kreatif Bersama Penalaran Ayo teriakkan.. Loyalitas tanpa batas 2x Bakar semangat tegakkan optimisme Laskar Nalar calon pemimpin sejati Mari bersama di Penalaran Berbagi tawa belajar meneliti Berbagi kisah belajar berorganisasi Bintang-bintang turut menantang Men

Hal-Hal yang Tidak Ku Sangka

Gambar
Rindu itu seperti mencubit anak kecil yang berpipi tembem, semakin kau cubit  maka akan semakin menggemaskanlah ia.. Kamu mungkin pernah mengalami hal yang membuatmu merasa haru, hingga kau pastikan rindu akan kembali lagi menikammu. Saya pernah sangat merindukan suatu momen ketika kami mengabdi di sebuah desa yang letaknya tinggal sejengkal dari langit, desa dengan beribu bintang, Desa benteng namanya... Bahagi itu sederhana! Ketika kau dapat mengaktualisasikan rindumu dalam bentuk apa yang kau inginkan, akan lebih baik bukan? Rindu yang ku tabung setahun lalu tentang orang-orang desa ini sudah terpecahkan beberapa hari ini. Rasanya senang sekali.  Meskipun mengikuti Follow Up KBIN cuma 2 hari, tapii rasaanya cukup terbayarkan semuanya.  Setiap kegiatan, pasti selalu ada cerita yang paling ingin kau ceritakan bukan? Baik, Kumulai ceritaku dari sini: Jadi, setahun lalu saya pernah mengajar di SD 187 Seatap Bentenge. Saat itu saya mengajar kelas 3 dan kelas 6. Se

Purnama, Hari-Hari yang Spesial, dan Kamu

Gambar
Source: Google "Ku sapa lagi kamu lewat angin sambil menatap dalam purnama yang indah  malam ini..." Berbincang dengan purnama, kau tau? Entah kebiasaan aneh keberapa lagi yang kumiliki itu... Tentang kekaguman-kekaguman semu.. Tentang bahagia-bahagia dibalik kata.. Bukankah hidup bukan hanya sebatas seberapa jauh kau mengatakan apa yang kau rasakan?  " Ku tutup lagi mataku rapat-rapat, menarik napas, lalu tersenyum " Menatap purnama yang menyelimuti malam , bisik-bisik harapan dan hari-hari spesial. Kenapa tak kau melakukan saja hal yang sama?, barangkali kau akan bahagia (juga). "Ini tentang Purnama, Hari-hari spesial, dan kamu"

Bisakah??

"Ku peluk lagi tanganmu erat-erat, agar tak pernah lagi meninggalkan aku, sendiri dalam gelap tanpa gemintang" Gadis itu berkata cukup tegas, lalu perlahan menjatuhkan tetesan-tetesan air dari pelupuk matanya,  terisak karena takut yang menggelora di dalam hatinya, memeluk tangan kakaknya semakin erat "Bolehkah tetap disini?" "menenun senja!!" "Berlari-lari kecil di padang  dandelion" "Makan es cream vanila kesukaanku" "Bisakah?"

Biar Hati dan Janji Kita Tidak Mati

Untuk cerita-cerita yang tak sempat ku perdengarkan, biar ku sampaikan disini....  Waktu ku pikirkan perkara rindunya aku dengan hangatnya persahabatan kami, dulu sekali. Entah, Sepanjang jalan pulang tadi, hati dan pikiranku hanya sibuk sendiri mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku. Pikiranku sibuk dengan penafsirannya sendiri. Lalu, aku tiba-tiba disadarkan dengan guncangan ringan yang rupanya seseorang menabrak kendaraanku dari belakang. Aku tidak menghiraukannya, lalu ku pacu lagi kendaraanku cepat-cepat. “Aku mungkin sangat rindu saat-saat dimana kami tertawa bersama, makan bersama, bahkan pernah menangis bersama, dulu sekali” Aku akan sangat senang sekali melihat mereka datang kembali kerumah kami seperti dulu. Tanpa tujuan khusus, cukup datang seperti dulu, meski hanya datang menukar cemberut menjadi tawa karena cerita-cerita polos kami, saat semuanya masih baik-baik saja. Aku akan sangat senang sekali menerima pesan singkat dari mereka yang bahkan i