Orang Seumuran Bapak



Kesakitan yang mendalam tampak dari raut wajah bapak itu, namun ia masih tetap berkata “Saya baik-baik saja (sambil melemparkan senyum)”. sesekali menoleh kemudian memperhatihan bagaimana bapak itu kesusahan dalam  berjalan, mengangkat kaki langkah demi langkah . katanya, kakinya terkilir saat bekerja di bangunan tadi. Bapak itu setiap harinya mengayuh sepeda kemana-mana, namun karena peristiwa ini, dia tidak bisa mengayuh sepedanya lagi. jiwa melankoliskuu muncul, saya paling tidak bisa melihat orang lain kesakitan, miris jadinya, Iba juga. Pikiranpun melayang, saya ingat sosok bapak. Bagaimana bapak selalu bekerja keras untuk menghidupi keluarga kami, pendidikan saya, adek, dan kakak. Beliau tak pernah mengeluh. Beliau paling tidak bisa melihat anak-anaknya susah. Saya ingat kejadian 3 tahun lalu. Yaaa, saat itu saya masih duduk di bangku SMA. Bapak mengajak kami (Saya dan adek) jalan-jalan. Nah, ditengah jalan, bensin motornya habis dan sepanjang mata memandang tak ada satupun pom bensin. Tapii bapak tidak mau melihat saya dan adek kesusahan. Makanya, beliau bilang “ Kamu di sini aja, sama adek, kalo ikut jalan cari bensin nanti capek, soalnya jalannya jauh..”  seperti biasa saya hanya diam dan nurut, ternyata bapak tidak mau melihat anaknya ikut kesusahan. Lewat tulisan ini, saya mau sampaikan rasa kagum saya terhadap ayah saya, beliau adalah ayah yang tangguh, “Bapakku”....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dandelion, Ilalang, Angin, dan Tuan Matahari

Sembilan Belas Tahun

Kenapa Tak Kau Tanyakan?