Saya Mengenal Sosokmu

Malam kian pekat, cuaca tak lagi hangat. Terjaga hingga larut seperti ini hampir menjadi kebiasaanku setiap harinya. Kali ini saya terjaga bukan untuk menyelesaikan sahabat malamku (hal yang biasa kulakukan --> Laporan), bukan pula untuk kelayapan di dunia maya (Hobi yang sebenarnya kurang bagus). Tapi saya terjaga untuk membantu dendrit dan akson-akson saraf di kepalaku menyusun kembali  tentangmu, di sudut otakku.
Tentang percakapan kita yang cukup dramatis, Kau masih ingat?
Percakapan yang muncul karena pertemuan tak terduga di sebuah rumah singgah, 
Oiya, sepertinya kita sering bertemu pada momen yeng tak terduga, tak tertebak.
Mengingat tentangmu tidak mesti membuatku berfikir keras untuk menemukan data-data yang pernah tersimpan pada lobus kiri otakku, dia akan sangat cepat mengantarkan respon yang dikirimkan impuls lewat pertanyaan-pertanyaanku tentangmu. 
Baik akan ku mulai menyusun percakapan yang pernah kita lontarkan, yang sekali lagi cukup dramatis kataku..
Kumulai dari kamu..
***********************************************************
Kamu wanita berkerudung biru yang ku temui di sebuah persinggahan tadi bukan?

Iya, saya berkerudung biru tadi. 

Kamu suka memakai pakaian yang bernuansa biru, kamu suka biru?

Iya, saya menyukai biru terkhusus untuk biru langit dan biru laut.

Apa kamu mengenalku?

Bukan mengenal, bahkan lebih dari itu. Saya sangat mengenalmu.

Really?
Apa yang kau kenali dari diriku?

Yahh, Harus ku bilang
Saya mengenalimu dalam banyak hal. Bahkan diluar dugaanmu mungkin.. Saya mengenalimu sebagai sosok yang bijak, Tidak memihak... Saya mengenalimu sebagai sosok yang penyabar, selalu sadar. Saya mengenalimu sebagai sosok yang peduli, tidak anarki. Saya mengenalimu sebagai sosok yg penyayang, kasihmu tiada terbilang dan saya mengenalimu sebagai sosok yang tanggung jawab, 
Saya mengenali sosokmu...
Terlepas dari itu, saya mengenali keramahanmu, yang tertuang lewat senyum yang tulus.

Kamu cukup detail mengatakannya,
Kamu mengenali diriku.

Lantas bagaimana jika aku melontarkan pertanyaan yang sama kepadamu?

Kamu, wanita berkerudung biru tadi....

Stop. Jangan beri saya label wanita berkerudung biru.

Kenapa?

Saya tidak suka dikenali dengan pakaian yang tak selamanya akan melekat di tubuhku.
Yang Kamu ingatt hanya warna kerudungku???
Lantas Bagaimana jika suatu saat saya berganti warna kerudung?
Bukan biru lagi.. 
Apa kau masih bisa mengenaliku?

Saya yakin saya akan tetap mengenalimu meskipun dirimu tidak mengenakan kerudung biru.... 
Karena saya lebih mengenali senyummu yg sering kamu lemparkan kepadaku.. 

Saya suka jawabanmu, Itu unik.
Namun, Jika nanti saya sudah kehilangan senyum yang sering saya lemparkan kepadamu, Apa yang akan kamu lakukan?? 
Apakah seiring hilanngya senyumku, akan mengikis pula memorimu tentang perkenalan kita? 

Tidak, saya yakin tidak... 
Karena kamu punya identitas tersendiri di ruang-ruang ingatanku yang sulit aku lupakan... 

(Diam)
Saya tidak tahu lagi harus berkomentar apa.
Terlepas dari itu, terima kasih sudah mau mengenalku.
****************************************************************************
Saya senang dengan perkenalan ini. 
Maka, jangan pernah memintaku untuk berhenti mengenalmu.
Saya mengenal sosokmu.
Sosok yang ku jadikan inspirasi dalam setiap sudut doaku.

Saya menulisnya,
Agar saya mengingatnya,
Saya menulisnya,
Agar ada jejak tentang perkenalan kita.

Kehidupan kedepannya, 
Tak ada yang benar-benar tahu akhirnya.
Hingga jikapun suatu saat kamu pergi dan kamu lupa,
Kamu bisa membaca ini..
Tulisan yang kubuat untuk perkenalan kita.

Tidak ada larangan untuk menulis bukan??
 

   






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dandelion, Ilalang, Angin, dan Tuan Matahari

Sembilan Belas Tahun

Kenapa Tak Kau Tanyakan?