Bagaimana mungkin saya bisa melupakanmu? Melupakan senyummu yang sepertinya menyaingi bulan sabit di atas sana Bagaimana mungkin saya memalingkan muka? Sementara kedua bola mataku hanya ingin menatapmu Pernah ku bertanya pada seseorang tentang kecewa Tentang benang-benang yang menjadi kusut Tentang ruang kosong yang seakan menyempit Katanya kita hanya perlu berbesar hati ... *Terangkai dari fiksi yang melayang dikepala, dari percakapan yang dibuat-buat setelah nabrak truk *Ehh
Kita hidup di dunia bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk orang lain. Beberapa potong kalimat yang pernah kau ucapkan khill. Saya mengagguk, mengerti. Beberapa waktu lalu, kubaca cerita tentang bagaimana orang-orang berusaha mengeja maksud dari orang-orang sekitanya. Satu dari yang paling berkesan adalah cerita tentang dua orang buta yang berusaha mengerti satu sama lain. Dalam cerita itu diceritakan jika keduanya telah cacat sejak lahir. Mereka adalah suami istri. Katanya lagi, bapaknya adalah orang yang peka, terus ibunya asyik diajak bercanda. Bapaknya rajin mengaji, dan ibunya pandai bernyanyi... Oleh sebab mereka buta, mereka jatuh cinta lewat suara, tapi tidak saling melepas dalam genggaman. Eits satu lagi, mereka mengerti dengan saling mendengarkan.. ahh romantis sekali mereka, khill. Meski buta, mereka tahu bagaimana harus mengistimewakan satu sama lain. Mereka bahagia sekali. Mereka pandai sekali bersyukur. Saya tidak punya maksud apa-apa d...
Petang ini, 23 agustus 2013, hari juma’at. Kakak-kakak, teman-teman menujukkan keloyalan, kepedulian mereka lewat rencana tuhan yang tak terduga. Atas apapun yang terjadi hari ini, saya mau bilang “Tuhan, Makasihhh sudah mempertemukan saya dengan orang-orang seperti mereka”. Orang-orang yang hebat, peduli, loyal, luar biasa. Mereka sederhana, sesederhana ketulusan yang mereka beri. Mereka sosok yang selalu menginspirasi disetiap kebuntuan yang terjadi, mereka sosok yang selalu meyakinkan atas keraguan yang melanda, dan tentunya mereka satu rasa, satu asa, satu tujuan “LOYALITAS TANPA BATAS” Satu dari sekian alasan yang membuat saya betah berlama-lama di rumah peradaban sederhana itu. Iya, RUMAH NALAR. Sepetak rumah yang mempertemukan berbagai macam karakter. Berbagai macam suku. Berbagai macam agama, berbaur menjadi satu. Menjadi sosok-sosok yang saling memahami, saling menghargai, dan saling mengasihi. Sekali lagii, untuk anugrah tuhan yang telah mempertemukanku dengan mereka...
Komentar