Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

PENALARAN ITU JELEP (Jelas Esensinya, Lengkap Elemen Penyusunnya)

Seandainya kebersamaan itu didapatkan dengan cara dibeli, maka saya yakin tak akan sanggup membeli momen-momen kebersamaan di Penalaran. Sekiranya untuk mengerti bagaimana saling memahami dan menerima satu sama lain itu adalah sesuatu yang hanya ada di dasar   laut, maka saya tak akan sanggup menyelam untuk mendapatkannya. Dan andaikan kentalnya rasa kekeluargaan di penalaran hanya bisa di peroleh setelah merangkak ke puncak gunung, maka saya tak akan sanggup mendaki untuk mendapatkannya.                             Sebuah nama sebuah cerita, sedang setiap cerita punya cara tersendiri untuk menjadikannya sesuatu yang sesalu di kenang. Mendengar kata PENALARAN maka saraf-saraf berkoordinasi dengan cepatnya untuk memutar semua memoar-memoar tentang Penalaran. Tentang manusia yang harus bersabar dan tekun untuk memperoleh target. Tentang sikap sali...

Sembilan Belas Tahun

Gambar
Sembilan belas tahun menapaki hidup sebagai seorang manusia. Yah, hari ini usiaku sudah 19 tahun. Usia yang lumayan beralasan untuk tidak bersifat kekanak-kanakan lagi. Usia yang menantang untuk bisa bersikap lebih dewasa, mandiri, dan bertanggung jawab. Usia yang memaksaku untuk dapat membedakan hal baik dan hal buruk y ang mesti dilakukan dan dihindari.   Sedikit bercerita, bahwa pada tanggal dan bulan  perulangan lahirku yang ke 19 ini, Keluarga, sahabat, kakak, adek serta teman-teman selalu berusaha membuat saya merasa terharu, bahagia juga tentunya. Terbukti saat malam pergantian tanggal ulang tahunku, sahabat-sahabat Remaja masjid yang bekerjasama dengan orang tuaku berhasil mengejutkan saya dengan ulah mereka yang konyol berkumpul di kamar saya untuk memberika surprise tengah malam diiringi dengan se ember air kopi yang membuat saya setres minta ampun malam itu. Namun saya menghargai usaha mereka. Mereka berniat baik mengingat hari  lahirku. Di sisi ...

Cinta di Desa Seribu Bintang

Gambar
Kusebut desa ini sebagai desa seribu bintang. Sebuah desa yang terletak di antara gunung-gunung yang menjulang tinggi. Tanah tinggi ini pula yang menjadikan bintang malam terlihat begitu dekat dari pandangan. Bintang ini   terlihat sangat indah menerangi malam-malam kami selama di desa ini. Memandangi seribu titik bintang cukup menjadi penawar rasa lelah akan aktivitas yang lumayan menguras energi. Pohon-pohon khasnya yaitu kemiri, terlihat sepanjang jalan menuju desa seribu bintang ini, yah Desa Benteng namanya. Desa dengan jalan setapak berkerikil tajam. Sepuluh hari di desa ini, cukup untuk merangkai sebuah cerita dalam bingkai kebersamaan. Tumbuhnya rasa persaudaraan, kekeluargaan, dan tentu lahirnya berbagai cinta yang muncul dari setiap tatapan dan tutur sapa yang terlontar. Yah, Cinta bisa tumbuh dimana saja. Termasuk dalam kegiatan ini. Oiya, saya menulis ini sebagai pengamat, bukan pelakon. Hehe. Bermula dari kerjasama antar tim kerja, terjun dalam tempat...

Bersama Murid-Murid Kebanggaanku

Gambar
Saya menyebut mereka Laskar Benteng, yah mutiara-mutiara kecil dari sebuah desa terpencil di kabupaten maros. Mereka siswa kelas 3 dan kelas 6. Tepatnya di SD Inpres 182 Benteng. Bergurau ria dengan mereka dalam sebuah ruang kelas, dua kelas dalam satu ruangan tanpa sekat.  Anri, irba, ayu, ariska, nandi, arman, hamta dan aldi adalah 8 orang muridku di kelas enam. Sementara di kelas 3 ada nadia, alif, fatma, susi,andika, dan 3 lainnya. Mereka semua (Laskar Benteng) adalah sosok sederhana yang begitu polos. Meski hanya 7 hari megabdi sebagai Pengajar Muda di sekolah mereka, namun kerinduan akan canda tawa serta keriangan mereka sangat terasa. Mereka anak-anak yang hebat. Terbukti saat mereka bisa tampil berkelompok untuk menyatukan suara dalam paduan suara serta lantunan puisi pada sela-sela nyanyian mereka. Semangat mereka yang selalu berkobar ditengah-tengah keterbatasan yang ada. Oh iya, saya punya satu siswa wanita di kelas 5, namanya DENY. Meskipun saya tidak meng...