MENJADI PENALARAN





Sebuah catatan perjalanan “Menjadi Penalaran” sebagai memoar yang akan tersimpan pada dasar memori yang terdalam  dan menjadi pengalaman hidup yang sangat berharga. Memahami arti pengorbanan, tanggung jawab, serta rasa pantang menyerah. 11 januari 2013, menjadi awal perjuangan dalam menjadi penalaran. Yah tepat hari itu pengumpulan formulir terakhir. Saya  bergegas mengumpulkan berkas formulir yang telah terisi seadanya. Tiba saatnya technical meeting I tepatnya 13 januari 2013 yang bertempat di gedung rektorat lantai 3. Sejak mentari menampakkan sinarnya, saya bergegas menuju kesana. Hal yang beda tampak pada pengalaman technical meeting kali ini. Pesertanya banyak sekali, karena berasal dari berbagai penjuru fakultas di UNM, dan yang menjadi kekaguman saya adalah panitia bisa mengatur kami yang jumlahnya ratusan dengan tertib. Kepanitiaan seperti ini baru saya temui. Semuanya terstruktur, bahkan absen peserta telah disiapkan dengan rapi dengan nama yang tersusun berurutan.
Technical meeting I berjalan tertib dan seru, meskipun terkadang pertentangan kerap mewarnai jalannya technical meeting tersebut. Statement demi statement mengenai tata tertib dan tingkatan-tingkatan tes diungkapkan oleh panitia pengarah dan bukan tidak mungkin, ketika ada pernyataan ataupun peraturan yang berlainan dengan pemahaman peserta, maka peserta mengutarakan pula pendapatnya. Panitia pengarah menjelaskan tentang Focus group disscussion, resume, tes wawancara, dan tes tertulis. Sungguh saat itu saya tidak mengetahui banyak tentang tes tersebut. Seperti biasanya saya hanya diam mendengarkan penjelasan dari panitia pengarah. Masih teringat jelas juga saat-saat yang mendebarkan saat itu, yaitu ketika akan diumumkan mengenai peserta yang nantinya bisa diterima sebagai calon laskar nalar. Berjumlah 399 orang saat itu penasaran akan jumlah yang akan diterima dan ternyata panitia pengarah mengumumkna bahwa yang akan diterima sebagai calon laskar nalar adalah 120 orang yang menandakan bahwa akan ada 279 diantara kami yang akan gugur. Tak ada hal yang timbul di benak saya selain berdoa kepada Allah SWT sekiranya saya menjadi salah satu bagian yang akan melengkapi 120 orang tersebut.
Singkat cerita, Focus group disscussion I dilaksanakan, saya mendapat tempat FGD di gazebo Fakulta Bahasa dan Sastra UNM. Tema FGD Yang saya dan 9 teman lain dapatkan yaitu pencapaian Millenium Development Goals atau disingkat MGD’s 2015 Indonesia. Diskusi saat itu berjalan dengan lancar dan seru dengan dipandu oleh kakak-kakak panitia. Setelah selesai melakukan FGD, kami pulang kerumah untuk menyiapkan resume dari FGD yang kami lakukan. Adapun Focus group disscussion II dilaksanakan pada tempat yang sama yaitu gazebo Fakultas Bahasa dan Sastra UNM, teman diskusi yang sama, panitia yang sama, namun dengan tema yang berebeda. Tema FGD kali ini adalah Hempasan Halliyu atau hempasan budaya korea yang melanda indonesia. Sama seperti FGD I, diskusi kali ini pun berjalan dengan lancar.
Tanggal 14-24 januari 2013 merupakan tes kedua yaitu tes wawancara. Tes wawancara ini dilakukan untuk melihat motivasi, bakat, minat serta sikap peserta. Setiap peserta mengikuti tes wawancara yang telah ditentukan waktunya oleh panitia. Saya sendiri saat melakukan tes wawancara banya ditanyai mengenai minat, bakat, motivasi, komitmen, serta keseriusan untuk menjadi penalaran. Jujur saja, tes wawancara tersebut merupakan tes wawancara pertamaku. Sebagai orang yang belum begitu mengetahui tentang trik berwawancara,  saya jawab saja seadanya pertanyaaan dari panitia. Yang membuat saya bingung ketika saya diposisikan sebagai ketua panitia dalam sebuah kegiatan dan kegiatan tersebut membutuhkan dana sekitar 40 juta, saya disuruh memikirkan solusi yang tepat untuk masalah itu, namun saya jawab saja seadanya dengan mengatakan membuat proposal. Seperti yang sering dilakukan ketika membuat kegiatan di SMA. Namun kakak-kaka bilang bahwa cara itu sudah tidak jaman lagi, sehingga dengan muka polos tak berdosa saya melihat kakak panitia sembari menggelengkan kepala, pertanda tak mengetahui solusi yang lebih tepat. Satu lagi hal yang paling saya ingat ketika tes wawancara, yaitu saat diberikan pilihan mengikuti final atau membawakan sambutan dalam acara penting dan jawaban saya adalah
“ Saya akan memilih untuk membawakan sambutan pada acara penting tersebut karena itu adalah tanggung jawab saya, untuk masalah final, itumi fungsinya teknik lobi dan negosiasi kak “ kemudian saya menyambung perkataan saya “ Menurut filmnya 3 Idiot kak :Hidup bukan hanya tentang nilai, ujian, dan posisi, masih banyak hal yang lebih berharga dari itu. Saya berfikir bahwa yang dimaksudkan oleh film 3 idiot tersebut termasuk ketika kita menjalankan tanggung jawab kita sebagai ketua panitia yang harus menjalankan tanggung jawab”. Kakak-kakak pewawanvara hanya diam. Saya tidak tahu apakah mereka diam karena mengerti atau diam karena tidak tahu maksud perkataan saya. Entahlah, hanya tuhan yang tahu saat itu.
Minggu  27 januari 2013 , perjuangan menjadi penalaran berlanjut dengan mengikuti tes tertulis. Tempatnya di fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNM khususnya di gedung FE dan FF FMIPA UNM. Tes yang disuguhkan berupa pengetahuan umum, tes logika, TPA, serta pengetahuan dasar tentang penelitian. Seperti tes-tes sebelumnya, saya hanya menjawab sepengetahuan saya. Heheh J
Setelah mengikuti berbagai rangkaian tes Menjadi Penalaran, momen paling ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga, yaitu pengumuman kelulusan calon laskar nalar LPM Penalaran UNM tepatnya tanggal 31 Januari 2013. 120 orang peserta dinyatakan lolos dan berhak mengikuti kegiatan Pelatihan Metodologi Penelitian  (PMP) dan Great !! Atas nama Sriwidayani Syam, No peserta 317 berada pada urutan 22 dan tentunya termasuk kedalam 120 orang yang berhak mengikuti PMP. Alhamdulillah ya Rabb....
Lulus pada serangkaian tes awal menjadi penalaran tidak serta merta menjadi titik akhir, justru setelah tahapan ini, kami akan menapaki jalan yang lebih rumit lagi, yaitu harus mengikuti PMP-OMK, dan PMO yang merupakan suatu perjuangan luar biasa menuju pengukuhan.
Tanggal 14 -18 februari, waktu dilaksanakannya Pelatihan Metodologi Penelitian yang bertempat di LEC Athirah, Bukit Baruga Antang. Pada PMP ini kami diajarkan tentang dasar-dasar penelitian, jenis-jenis penelitian, teknik penelitian, dan lain sebagainya. Sungguh pengalaman serta perjuagan yang luar biasa bisa melewati tahap PMP ini. Bagaimana tidak? Kami di tekankan untuk mengikuti materi pada pukul 08.00 pagi hingga pukul 10.00 malam, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan karya tulis kelompok. Karya tulis kelompok ini merupakan tugas wajib yang harus diselesaikan oleh tiap kelompok dalam PMP ini. Sebelumnya pada Technical meeting II telah dibagi kelompok berdasarkan bidang ilmu masing-masing. Saya mendapatkan tema “ Krisis Pangan” . kelompok kami terdiri dari mahasiswa dari jurusan biologi dan kimia.
Langkah pertama yang menjadi tugas pada penelitian kelompok ini adalah menentukan orientasi penelitian kami. Nah, hal itu yang  rasa-rasanya membuat kami nyaris berputus asa, bagaimana tidak? Selama 4 hari PMP, 3 kali  kami mengganti judul dan akhirnya kami menetapkan judul proposal kami yaitu “Bakso Insang Ikan Bandeng (Chanos chanos)”. Pada seminar proposal yang dilakukan pada hari terakhir PMP, kami mendapatkan tekanan yang luar biasa, karena kelompok kami belum siap sama sekali dan parahnya lagi,  menjadi kelompok pertama yang harus tampil. Memang saya akui, bahwa hari itu betul-betul kami tidak siap. Alhasil, para juri melontarkan berbagai pertanyaan yang notabene tidak bisa kami jawab. Rasanya pada saat itu, kayak ingin ngambil sarung trus tutupin ke muka “Malu”. Tak ada kata yang terlontar dari mulutku, kecuali “All is well”, iya semua akan baik-baik saja, “Ini hanya belokan, bukan jalan buntu”. Dengan berlalunya seminar proposal, kelompok kami berdiskusi kembali untuk membicarakan nasib dari KTI Kelompok kami, apakah akan dipertahankan untuk dilaksanakan dengan keraguan yang sudah ada sejak awal, atau menggantinya dengan keyakinan bahwa kami bisa mendapatkan judul yang lebih menarik. Akhirnya kami putuskan untuk mengubahnya . Judul kami yang baru adalah “PEMBUATAN  MIE BASAH DARI TEPUNG TERIGU DAN DAGING IKAN LELE (Claria batrachus) YANG DIFORTIFIKASI DENGAN LABU KUNING (Cucurbita moschata)”
Seiring pengerjaan KTI kelompok, kami juga dituntut untuk menyelesaikan KTI individu. Pada pengerjaan KTI individu ini betul-betul mengajarkanku bagaimana kerasnya hidup dan bagaimana bertahan dalam tekanan. Sama seperti tugas KTI kelompok, langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan judul atau akan berorientasi kemana KTI individu kami. Namun dalam hal ini, kami dibimbing oleh satu kakak pendamping dan satu panitia pelaksana. Kakak pendamping saya adalah Kanda Ainun Najib Alfatih serta kakak panitia pengarah Kanda Mutmainna Fil Jannah. Dalam pengerjaan KTI individu ini kami harus melakukan konsultasi ke kakak pendamping. konsultasi demi konsultasi yang berlangsung akhirnya saya mendapat judul KTI yang tepat, yaitu “Penerapan Internet Sehat pada Warnet melalui Warnet Berbilik Kaca”. Setiap orang harus menyelesaiakan bab demi bab dengan adanya batas waktu yang telah ditentukan. Sungguh perjuangan yang membutuhkan ketekunan, apalagi pada saat itu kami di kampus dituntut untuk menyelesaikan tugas, laporan, mengikuti mid semester dll.
Tiba saatnya batas pengumpulan KTI individu, tepatnya tanggal 9 maret 2013. Hari itu menjadi hari paling bersejarah pada edisi perjalanan menjadi penalaran. Kuliah di kampus pada saat itu penuh dari pagi sampai magrib, sementara KTI individu menjadi hal mutlak yang harus dikumpul hari itu juga. Keluar dari kelas, saya bergegas menuju masjid untuk sholat magrib. Sembari meminta doa agar KTI yang akan dikumpul bisa diterima. Setelah itu saya meluncur ke kos teman untuk mencetak KTI yang akan dikumpulkan.
Pukul 07.00 malam, segera meluncur ke Rumah nalar untuk megonsultasikan KTI kepada kakak pendamping berharap agar lembar pengesahan pada KTI segera di tandatangani, namun harapan itu kemudian pupus ketika kakak pendamping masih mencoret-coret beberapa isi dari KTI yang telah ku selesaikan. Dengan mimik wajah kecewa, saya segera menuju kos teman untuk kedua kalinya bermaksud merevisi KTI yang telah dicoret-coret. Pukul 08.30 malam setelah merevisi KTI, saya kembali menuju rumah nalar dan tentunya dengan harapan yang lebih besar yaitu KTI dapat diterima oleh kakak pendamping. Namun coretan-coretan masih terlihat. Huuuh, kecewa, kesal, serta bisikan menyerah mewarnai perasaan malam itu. Untuk ketiga kalinya, saya kembali ke kosan teman untuk merevisi KTI. Teman yang ku tempati kosnya sempat protes sembari prihatin, bukan karena dia tidak mau lagi saya kembali ke kosnya, namun dia kasihan melihat saya dengan kondisi fisik yang sudah tidak sebanding dengan semangat menjadi penalaran. Kata-kata yang sempat dia lontarkan yaitu “Hadeeeh, Ngeriinya Penalaran”. Saya hanya menjawab singkat “Hehe, begitu memang hidup”. Sembari memperbaiki revisi KTI, telepon berbunyi dan ternyata itu adalah telepon dari orang tua yang menyuruh saya segera pulang ke rumah karena saat itu sudah pukul 09.00 malam. Memang ku akui bahwa jam segitu sudah merupakan standar paling lama untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Itu adalah peraturan di rumah. Dengan perasaan takut saya mencoba mengangkat telepon dan berusaha meminta kebijakan orang tua agar mengizinkanku bermalam bukan dirumah untuk malam ini saja. Iya, malam ini saja kataku. Karena sejak menjadi mahasiswa sepertinya baru kali ini saya bermaksud untuk tidak bermalam dirumah lantaran harus mengumpulkan KTI yang sampai pukul 12.00 belum diterima juga. Iya, pukul 12.00 yang segera berganti menjadi 12.01 yang berarti bahwa deadline telah berakhir dan KTI belum diterima juga.
Kembali menuju Rumah nalar dengan kondisi tubuh yang semakin lemah menahan kantuk dan bisikan menyerah dalam hati “Kalo sampai di RN KTIku belum diterima juga, Menyerahma’, karena bukanji seleksi masuk syurga ini” lontaran kata-kata ini yang menjadi memori yang sampai kapanpun tak akan pernah ku lupa.
Tiba di Rumah nalar dan berkonsultasi untuk yang ke sekian kalinya, akhirnya KTI diterima juga oleh kakak pendamping dan kakak panitia pengarah. Huh, rasanya tuh kayak “orang kegerahan, terus langsung nyebur ke kolam” senangggg. Setelah itu saya langsung menuju tempat penjilidan yang berada di depan kampus. Tempat tersebut menjadi satu-satunya harapan bagi kami calon laskar nalar untuk menjilid KTI. Namun, kerikil kecil kembali menerpa dalam perjalanan menjadi penalaran, yaitu saat berada di tempat penjilidan, tiba-tiba 2 orang yang tidak dikenal berteriak seperti orang kesurupan serta membawa samurai panjang yang membuat kami calon laskar nalar dan pemilik tempat penjilidan merasa ketakutan dan memicu adrenalin kami yang berada di sana. Atas kejadian tersebut, terpaksa kami harus menunggu hingga suasana menjadi lebih tenang. Setelah suasana membaik dan memungkinkan untuk kembali ke rumah nalar, kamipun bergegas kembali ke rumah nalar. Pukul 04.30 subuh KTI telah dijilid dengan rapi, dan siap untuk diserahkan ke Koordinator panitia pengarah namun ternyata Kordinator panitia pengarah telah tidur, yang berarti bahwa saya harus menunggu hingga esok pagi. Kebetulan saat itu saya harus mengikuti praktek lapangan mata kuliah pengetahuan lingkungan, sehingga saya tidak sempat mengurus KTI individu yang belum di tandatangani oleh panitia pengarah. Namun, selalu ada kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT. Iya, kemudahan dengan memberikanku kakak panitia pengarah yang sangat baik hati dalam hal ini kak nanna J. Berkat kak nanna, KTI individuku berhasil ditandatangani oleh Koordinator panitia pengarah yang berarti bahwa KTI individuku telah diterima pada tanggal 10 maret 2013. Alhamdulillahi rabbil alamin. Terimakasih ya Allah, Terimakasih juga buat Kak Nanna dan kak Najib J.
Setelah tugas KTI individu dikumpulkan, saya kembali fokus ke tugas KTI kelompok yang sepekan kemudian akan di seminar hasilkan. Saya ingat sekali masa-masa pengerjaan penelitian kelompok saya yang harus membuat mi basah dari ikan lele dan labu. Pada tahap ini pun perjuangan menguras tenaga dan pikiran. Percobaan demi percobaan kami lakukan dan akhirnya dengan usaha yang maksimal kami berhasil mendapatkan formulasi yang tepat untuk membuat mi. Satu lagi pelajaran yang paling berharga pada tahap ini yaitu belajar mengenai uji organoleptik yang sebelumnya tidak ku ketahui sama sekali.
Tiba pada seminar hasil tanggal 17 maret 2013 yang diadakan di gedung FF 103 dan FF 104 FMIPA UNM. Semua kelompok menyiapkan presentasi terbaik mereka. Begitupun dengan kelompokku, kelompok 11. Seakan tidak mau kejadian pada seminar proposal yakni KTI kelompok kami dibantai, sehingga kami sudah mempersiapkan segala kemungkinan berupa menyiapkan jawaban dari kemungkinan pertanyaan yang akan diajukan. Alhasil, alhamdulillah apa yang kami harapkan tercapai. Mendapat juara I pada seminar hasil penelitian untuk bidang ke-MIPAan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami J
Berlanjut ke tahap OMK. Pada tahapan ini kami dibekali pengetahuan keorganisasian. Setelah tahap OMK selesai, kami telah dibagi-bagi berdasarkan indikator tertentu kedalam berbagai bidang di LPM Penalaran UNM dan berstatus sebagai volunteer. Saya sendiri menjadi volunteer pada bidang kewirausahaan atau sering disingkat KWU. Pada tahap ini, banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapatkan yakni belajar bagaimana berbisnis, promosi, bersosialisasi dll. Pada tahap ini pula saya semakin banyak mengenal  anggota penalaran begitupun dengan sesama calon laskar nalar. Menjadi volunteer di KWU menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya dengan begitu banyaknya hal yang menarik pada KWU. Mulai dari ketua bidangnya K’ibe yang ramah dan bersahabat, serta anggota bidangnya yang sangat gokil yaitu kak Waddah, K’ Nadzrah, K’ Eki, dll. Menjadi volunteer di KWU semakin bermakna kala saya mendapatkan teman-teman yang gokil, asyik, gila, ramah seperti Icha, ephy, mila, K’ awe, K’ Lia, K’ amma, K’ Inna, dan Nurul. Karena mereka, teruntuk sahabat gilaku Icha dan Ephy, saya yang mulanya malu datang ke RN ketika tak ada kegiatan menjadi lebih aktif dan sesering mungkin datang ke RN meskipun hanya sekadar duduk di kursi RN kala tidak mengetahui apa yang harus saya kerjakan. Terimakasih untuk kalian yang mengajariku cara bersosialisasi yang baik.
Selain menjadi volunteer bidang KWU, saya juga menjadi volunteer di bidang Kesekretariatan pada KBIN 2013. Oiya, kami calon laskar nalar dalam menjalankan tugas sebagai volunteer di bimbing oleh kakak angkat masing-masing. Kakak angkat saya adalah kak Yunit. Seorang kakak yang cerdas, baik hati,  dan selalu menanyakan kegiatan apa saja yang telah saya kerjakan kala menjadi volunteer.
Selama sekitar 3 minggu menjadi volunteer dan kerja kami dinilai oleh kakak-kakak berdasarkan indikator pencapaian yang telah ditetapkan dan akhirnya yang berhak mengikuti pengukuhan adalah 61 orang, termasuk aku. Alhamdulillah ya Allah.
Pengukuhan calon anggota baru LPM Penalaran UNM angkatan ke XVI dilaksanakan di Pantai Punaga Kab. Takalar dari tanggal 17-19 mei 2013. Tahap yang merupakan prosesi akhir pada perjalanan menjadi penalaran. Berbagai pengalaman juga tergambar pada tahapan ini. Kami diajarkan untuk saling bekerja sama antar calon laskar nalar, lebih mengenal satu sama lain serta lebih menampakkan sikap persaudaraan.
Detik-detik pengukuhan menjadi inti pada kegiatan kami kali ini. Ketika bumi hanya diterangi oleh cahaya remang-remang bulan serta sinar bintang, kami dikumpulkan di tepi pantai sembari menunggu detik-detik yang akan menjadikan kami mewujudkan salah satu impian terbesar kami, yaitu “Menjadi Penalaran”. Iya, tepat tanggal 19 mei 2013 pukul 03.51, kami dikukuhkan. Pengukuhan ini menjadi simbolisasi bahwa kami telah resmi menjadi anggota LPM Penalaran UNM angkatan XVI. Rasanya saat itu seperti “bertemu dengan orang yang selama ini kita rindukan”, Ya, Bahagia tepatnya. Penantian dan pengorbanan kami selama enam bulan terbayarkan dan berakhir dengan penuh canda tawa yang dililiti rasa bahagia yang begitu mendalam. Alhamdulillahi Rabbil Alamin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dandelion, Ilalang, Angin, dan Tuan Matahari

Sembilan Belas Tahun

Kenapa Tak Kau Tanyakan?