Re-Write the Stars
Hallo
Khill, Selamat Malam….!
Ini kali pertama saya menulis lagi setelah
kesibukan yang menumpuk. Emm maksudku bukan sibuk sebenarnya. Hanya kemalasan
yang dibiarkan berlarut-larut.
Kamu tau? Ketika saya menulis seperti ini,
berarti ada hal yang benar-benar tidak sanggup kusampaikan secara langsung.
Well, ketika
kamu membaca surat ini, mungkin kita tidak dalam keadaan dan hati yang dekat jaraknya.
Seperti kemarin, kita atau mungkin saya saja harus
menjalani hari-hari yang akan sangat panjang. Kamu tahu? Selama 8 bulan berjarak,
hal yang paling saya tunggu-tunggu adalah momen pulang. Bagiku itu sangat berharga:
Bagiku kamu adalah rumah: tempat pulang”
Tapi di momen pertemuan kedua kita setelah
kedatanganku, saya harus mendapati kenyataan kalau sebenarnya kamu sempat mengharapkan
yang lain. yang benar-benar tidak pernah ku prediksi sebelumnya “karena
saya terlalu percaya”. And it makes me so sad. Really!
Setelah ku salami beberapa hal, saya sadar. Beberapa
lagu or even status yang kamu buat dengan dengan sangat manis, is not solely
for me. “Kupikir saya satu-satunya: Ternyata hanya salah satunya”. But It is
okay, jikapun akhirnya kamu memilih dia. Saya sudah maklum alasannya.
Sejak saat itu, saya belajar untuk tidak mempercayai
seseorang terlalu banyak. A high hopes
take me back to when we started. Saya banyak belajar.
Dulu sekali, di momen-momen perpisahan kutulis kurang
lebih begini:
“ Kalau suatu saat ada yang berubah,
Ingat saja: Kalo ( dulu) ada wanita yang
menyayangimu dalam sekali, tapi kau buat luka”
Yaaaaa, hatiku Luka sekarang. Saya kecewa!
Seharusnya saya tidak usah pulang.
Dan pada akhrnya, diantara perjumpaan dan
selamat tinggal, kita pernah sekuat tenaga berjuang menyatukan perbedaan, meski
hampir diakhiri dengan kerelaan untuk
menyerah.
Tapi tenang saja, saya tidak semenyerah itu.
Khill, can we just Re- Write the Stars once
again?
Komentar