Untuk Surat-Surat yang Lusuh Ini, Kepada Siapa?

Source: Google
"Saat kau terlalu rapuh, pundak siapa yang tersandar, tangan siapa yang tak melepas?"

Kalau suatu waktu, nanti, jika hatimu tak lagi mampu membendung kecewa-kecewa, tuliskan saja... Karena menulis adalah salah satu cara menetralisir pahit . Kau percaya kan?  juga selalu ada aku yang siap menyelaminya, tumpahan emosimu yang (mungkin) meluap-luap. 



Aku sudah mengenali semua jenis senyummu, semuanya !!
Darinya itu ku pahami, bahwa beberapa dari sekian banyak itu, kadang kau merasai kecewa. Betapapun kau menyembunyikannya, masih tetap bisa ku kenali, mana ikhlas mana imitasi. tak sadarkah kau? makanya itu, setiap aku menemuimu dalam senyum yang tidak  biasanya akan segera ku cek tulisan-tulisanmu, barangkali kau telah menuliskannya. Ada apa?? siapa lagi yang membuatmu tersenyum tapi imitasi seperti ini?? 

Kalau, suatu waktu, nanti, jika banyak pertanyaan-pertanyaanmu yang terlampau sulit kau jawab sendiri, tanyakan saja kepadaku, barangkali kita bisa memecahkannya bersama-sama. Sebab kita akan menjadi peneliti untuk masing-masing pikiran dan hati  kita, bukan begitu?? jika kita sudah bersepakat, mari tersenyum untuk memulainya...

                                                                ***

"Melihatmu tersenyum, walau tak pernah berbalas"


Aku selalu siap membaca luapan-luapan yang kau tumpahkan, bahkan saat kau tak pernah mengetahui..
Lantas, bagaimana denganmu?

Lalu,
untuk surat-surat yang lusuh ini, yang sudah menggunung tak bertujuan, kepada siapa?

atau
Ku Hanyutkan saja (mungkin)?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dandelion, Ilalang, Angin, dan Tuan Matahari

Sembilan Belas Tahun

Perkenalan