Postingan

Kuresapi, Hingga Senja Membias Jingga

Kusuka suratmu pada bagian ini "Terimakasih telah Menjadi Adik yang Manis". Kau tahu? Kubaca itu hingga berkali-kali sambil menarik kedua ujung bibirku kesamping secara bersamaan, Tersenyum...  Mungkin kau akan berpikir bagaimana bahagiaku saat kubaca surat-suratmu, padahal mungkin  itu hanya alegori yang bisa saja dituliskan semua orang bukan? Terlepas dari itu, saya tetap senang membaca setiap kata yang kau tuangkan pada sisi-sisi penamu, yang telah kau jadikan bagian dari hidupmu.. Nampaknya surat-suratmu punya semacam medan magnet yang membuatku tak henti-hentinya membaca, seperti aku kecanduan dengan kata dalam setiap tulisanmu.. Diksimu terlalu indah untuk sekadar kata yang datar.. Sekali lagi,  Ku suka permainan kata dalam tulisanmu, Ku resapi ia hingga senja membias jingga...

Dan Aku..

Gambar
Seperti kau, akupun selalu berharap semua kata menjadi nyata Seperti kau, aku akan selalu tersenyum menanti senja, menyaksikan surya terbenam di ufuk barat.. Seperti kau, aku mau seperti sabuk Orion, sebagai rasi bintang tercerah .. Seperti kau, aku akan selalu mengagumi langit, menikmati cakrawala hingga tak satupun berani mengeluhkan kuasa tuhan.. Seperti kau, aku juga selalu ingin  dekat dengan tuhan kita, Agar kita menjadi hamba-hamba kesayangan. Seperti kau, terlalu banyak kata yang ingin ku deskripsikan tentang kau sebagai cerminan dariku untuk kau.. Kau, Seharusnya Kau tak perlu khawatir Karena Kau,  Karena Kau adalah objek yang hanya tuhanku yang tahu... Dan Aku,.. Aku akan selalu seperti Kau Kau, Ku Suka Senyummu yang simpul di waktu apapun...

Lotus

Gambar
Ayah Ibu, ku yakin percayamu melebihi tanaman lotus yang kupetik sore tadi   ....    

Seharusnya

Hey.. Apa kabarmu? Sudah lama kita tak bersua. Bertukar cerita tentang aktivitas masing-masing...  Tulisan-tulisanmu, selalu ku sempatkan waktuku untuk membacanya diam-diam.  Kau pasti tidak tahu kan? Tulisanmu kubaca banyak-banyak dan dalam-dalam  agar  saya bisa meng-imajikannya. Well, Kau memang tak perlu tahu, Seharusnya memang seperti itu.. Kau

"Sahabat Diklat" Namanya

Gambar
Tentulah setiap perkumpulan punya macam cerita berbeda. Tentu pula setiap orang melihat sesuatu hal dari sudut pandang yang tak sama. Selalu ku bilang bahwa ini adalah pandangan subyektif saya. Bagaimana membangun tim? bagaimana belajar? bagaimana berkomitmen? bagaimana berbagi? dan banyak lagi "Bagaimana" yang bisa terjawab pada tahap ini.  Perkumpulan yang kumaksud adalah sebuah perkumpulan kecil yang lebih tepatnya disatukan karena kami berada dalam satu bidang dalam kepengurusan. Tidaklah kutuliskan jika  itu hanya sesuatu yang  biasa saja. Ada (Banyak) cerita Didalamnya. Tentang keragaman yang menjadikannya lebih indah, lebih dari sekadar keindahan pelangi di dinding langit yang menjadikannya damai. Tentang  sikap saling memahami untuk saling melengkapi, Lebih dari Puzzle yang tersusun utuh. Tentang rasa yang berbagi, lebih dari sekadar Nano-nano yang berjuta rasa didalamnya. Tentang derai dan tawa yang berjalan bergantian. Tentang kisah di senggang waktu ...

Ketulusan, Maple, dan Dandelion

Gambar
Maple Dandelion Memperhatikan setiap letupan-letupan buih pada setiap bulatan  balon yang terbawa angin  malam.  Setiap sudut mengandung makna. Dan saat bulatan-bulatan tersebut pergi, terbang jauh, maka kau akan bahagia, meskipun berujung dengan pecahnya balon yang mengangkasa dan raut wajahmu kembali murung. Selalu ada kata yang terwakili, tapi tidak dengan rindu. Karena rindu punya cara tersendiri untuk menyampaikan maksudnya. Setiap perpisahan adalah awal untuk merindu. Berpisah berarti bersiap untuk menabung rindu. Ingatkah kau tentang dandelion yang pernah ku ceritakan? Atau mungkin daun maple yang berguguran? Keduanya sama-sama luruh bersama angin,  Dan pernahkah kau berfikir tentang kondisi tangkainya? Tangkai yang ditinggalkan keduanya? Tangkai yang  mungkin diam, karena ia memang ditakdirkan untuk selalu diam. Masih percayakah kau tentang ketulusan? Tentang kebesaran hati untuk merelakan. Seperti itulah Maple dan Dandeli...

Sederhana Saja...

Entah bagaimana menggambarkan  penat yang seakan mengelilingi raga Entah bagaimana melukis ekspresi terhadap beberapa hal yang tak bisa dipilah lagi Bak putaran pita pada kaset yang semakin kusut Melilit tak beraturan Sederhana saja, Saya hanya butuh beberapa menit dari 24 jam waktuku untuk sekadar melihat perputaran ombak di laut Saya hanya ingin melihat gulungan-gulungan ombak yang akhirnya pecah pada batu-batu disekitarnya, Saya hanya ingin menikmati senja pada bentang alam yang luas, di tepian pantai Melihat matahari yang seakan terbenam malu-malu Sederhana saja, bukan? Karena semuanya butuh pengertian, Maka mari kita saling mengerti.. Menyatukan pikiran serta hati Jika saya harus mengerti kalian semua, Lantas yang mengerti saya siapa? Tuhan?? Arghh, Mari melebur Ego....