Postingan

Ketulusan, Maple, dan Dandelion

Gambar
Maple Dandelion Memperhatikan setiap letupan-letupan buih pada setiap bulatan  balon yang terbawa angin  malam.  Setiap sudut mengandung makna. Dan saat bulatan-bulatan tersebut pergi, terbang jauh, maka kau akan bahagia, meskipun berujung dengan pecahnya balon yang mengangkasa dan raut wajahmu kembali murung. Selalu ada kata yang terwakili, tapi tidak dengan rindu. Karena rindu punya cara tersendiri untuk menyampaikan maksudnya. Setiap perpisahan adalah awal untuk merindu. Berpisah berarti bersiap untuk menabung rindu. Ingatkah kau tentang dandelion yang pernah ku ceritakan? Atau mungkin daun maple yang berguguran? Keduanya sama-sama luruh bersama angin,  Dan pernahkah kau berfikir tentang kondisi tangkainya? Tangkai yang ditinggalkan keduanya? Tangkai yang  mungkin diam, karena ia memang ditakdirkan untuk selalu diam. Masih percayakah kau tentang ketulusan? Tentang kebesaran hati untuk merelakan. Seperti itulah Maple dan Dandeli...

Sederhana Saja...

Entah bagaimana menggambarkan  penat yang seakan mengelilingi raga Entah bagaimana melukis ekspresi terhadap beberapa hal yang tak bisa dipilah lagi Bak putaran pita pada kaset yang semakin kusut Melilit tak beraturan Sederhana saja, Saya hanya butuh beberapa menit dari 24 jam waktuku untuk sekadar melihat perputaran ombak di laut Saya hanya ingin melihat gulungan-gulungan ombak yang akhirnya pecah pada batu-batu disekitarnya, Saya hanya ingin menikmati senja pada bentang alam yang luas, di tepian pantai Melihat matahari yang seakan terbenam malu-malu Sederhana saja, bukan? Karena semuanya butuh pengertian, Maka mari kita saling mengerti.. Menyatukan pikiran serta hati Jika saya harus mengerti kalian semua, Lantas yang mengerti saya siapa? Tuhan?? Arghh, Mari melebur Ego....  

Demi Maple dan Dandelion

Gambar
Maple Dandelion Saya suka sore karena ada senja setelahnya Sama sukanya kepada hujan yang setelahnya ada pelangi Demi daun Maple yang jatuh berguguran Pun Dandelion yang luruh bersama terpaan angin Aku mencintai segala kesederhanaan Ketulusan yang menciptakan kedamaian Seperti sore yang berganti senja dan tak pernah protes.. Atau mungkin.. Seperti  hujan yang berganti pelangi tanpa dendam sedikitpun..

Happy Birthday Kalian

Gambar
Hehe ^^ Selamat Ulang Tahun untuk kalian Bertiga... Vitrah, Sahabat Terbaik ^^ Musrianti, Mardan, selalu ada kata yang terwakili. Tetaplah jadi Adek yang Baik...

Saya Hanya Ingin...

"Saya hanya ingin melihat pantai, menikmati biru lautnya dan meresapi deraian obak yang pecah di tepian Saya hanya ingin bersantai di bukit, menikmati langit sore dan memandangi  biru dari celah awan Saya hanya ingin berada di hamparan sawah, menikmati sepoi angin sambil menghirup oksigen " Akhir-akhir ini berlalu dengan makna yang tak dapat ku lukiskan, Abstrak. Seperti ada yang hilang, tapi sebenarnya tidak. Menjalankan rutinitas yang terkadang melelahkan seolah memicu kejenuhan. Membutuhkan ruang yang lebih luas untuk sekadar mengirup oksigen bebas.

Bagaimana Mungkin??

Bagaimana mungkin saya bisa melupakanmu? Melupakan senyummu yang sepertinya menyaingi bulan sabit di atas sana Bagaimana mungkin saya memalingkan muka? Sementara kedua bola mataku hanya ingin menatapmu Pernah ku bertanya  pada seseorang tentang kecewa Tentang benang-benang yang menjadi kusut Tentang ruang kosong yang seakan menyempit Katanya kita hanya perlu berbesar hati ... *Terangkai dari fiksi yang melayang dikepala, dari percakapan yang dibuat-buat setelah nabrak truk *Ehh

Ephy Cantik Jangan Nangis

Gambar
Dokumentasi Pribadi Karena untuk menjadi kuat, Kita butuh untuk saling menguatkan Seperti engsel-engsel pintu yang saling melengkapi Satu saja engselnya hilang, maka ia tak akan menjadi pintu yang utuh. Kita selalu bermimpi untuk menjadi kupu-kupu Berproses pada sesuatu yang kita sebut Metamorfosis Kamu terkadang mengadu, Kamu ingin pulang,  Kamu rindu mereka orang-orang terkasihmu,  Saya mengerti, saya memahaminya Karena pada setiap rumah, selalu ada rindu untuk pulang Pernah ku menangis di suatu waktu Saya berpikir semua orang egois Tak ada yang peduli, Kataku saat itu Kau masih ingat? Lalu sesaat kamu akan menyiapkan bahumu untuk ku sandari Kamu bilang, Menangis itu pertanda lemah Lalu, Kita akhirnya berjanji untuk tidak menangis Karena air mata tandanya lemah Kita menyepakatinya saat itu Sejak saat itu, ku tahu kamu memang teman yang baik  Berteman tak mesti mewah  Memiliki modal yang "Wah" Karena pertemanan yang tulus Akan berakhir...