Biar Hati dan Janji Kita Tidak Mati
Untuk cerita-cerita yang tak sempat ku perdengarkan, biar ku
sampaikan disini....
Waktu ku pikirkan perkara rindunya aku dengan hangatnya
persahabatan kami, dulu sekali. Entah, Sepanjang jalan pulang tadi, hati dan
pikiranku hanya sibuk sendiri mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku.
Pikiranku sibuk dengan penafsirannya sendiri. Lalu, aku tiba-tiba disadarkan
dengan guncangan ringan yang rupanya seseorang menabrak kendaraanku dari belakang.
Aku tidak menghiraukannya, lalu ku pacu lagi kendaraanku cepat-cepat.
“Aku mungkin sangat rindu saat-saat dimana kami tertawa bersama, makan
bersama, bahkan pernah menangis bersama, dulu sekali”
Aku akan sangat senang sekali melihat mereka datang kembali
kerumah kami seperti dulu. Tanpa tujuan khusus, cukup datang seperti dulu,
meski hanya datang menukar cemberut menjadi tawa karena cerita-cerita polos
kami, saat semuanya masih baik-baik saja. Aku akan sangat senang sekali menerima
pesan singkat dari mereka yang bahkan isinya cuma nada-nada saling mengejek
yang ketus, meski hanya saling mengadu kondisi perut yang mulai keroncongan,
lalu kami akhirnya pergi untuk memenuhi tuntutan perut kami.
Dulu sekali, kami bahkan pernah memikirkan mengapa
kakak-kakak kami jarang berkunjung kerumah kami, dan kami menjawab lagi dengan
pemikiran masing-masing.
Lalu kami mengikrarkan janji untuk tidak mengikuti yang
menurut kami jelek. Kami bersepakat untuk tetap berkunjung, tetap bersama
hingga pada waktu apapun.
“Manis sekali janji kami (dulu)”
Lalu percayalah, saya menulis ini untuk menyampaikan rindu
yang tak pernah ku ucap.
Ku perdengarkan saja kepada angin, semoga angin berbaik hati
menyampaikannya.
Biar hati dan janji kita tidak pernah mati...
“Adakah kau ingat saat kita saling menguatkan hati, merangkul satu sama
lain, lalu tersenyum manis sekali?”
Komentar