Postingan

A letter to my future daughter...

Dear my future daughter,  Ibukk gak tahu, akan berapa lama tulisan ini disimpan, hingga akhirnya kau akan membacanya, diwaktu yang tepat. Perihal laki-laki,  Akan ada suatu masa dimana kamu akan dilibatkan dalam sebuah hubungan yang melibatkan lawan jenis. Hubungan yang akan mengajarkan mu banyak hal, tentang pahit dan manis, jatuh dan bangun, bahagia dan sedih.  Saat ibuk menulis ini, percayalah hati ibu sedang tidak baik-baik saja. Tapi ibuk berusaha menuliskan ini, karena disaat ini pula lah ibu bisa menumpahkan segala emosi yang kadang dibungkam oleh diri ibuk sendiri. Ibuk, Yang selalu berusaha terlihat baik-baik saja, padahal hatinya sedang berkecamuk menahan kecewa.  Ketika kamu sampai di masa yang ibuk maksud, ibu ingin kau tahu:  Ibu pernah hancur karena terlalu percaya,  Pernah juga patah karena memilih orang yang salah, ibu pernah terkurung didalam hati seseorang yang ibu selami dengan niat bisa ibu mengerti.  Ibu pernah berjuang untuk hati yang memperjuangkan orang lain. Ib

Is That Fair?

Before writing this, I need up to 20 minutes taking a   deep breath. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Assalamualaikum Khill… You may think why I   write this letter, not to tell you directly. Honestly, I never expect to write the second letter after that bad day   previously   (You know what actually I mean by saying this). It hurts me. Again and again! You know, I always hate to write a letter to you, because   it means there is something I couldn’t explain by verbal words. Khiil, what do you think? What do you think if unknown guy   send an awkward message to you, telling you a bad side of your beloved one? Not to say, I believe totally on what he is trying to tell me. Not. I prefer to believe in you as I strongly convince that you are never betrays me anymore. But, what actually his intention to tell me that things? There is always a strong   reason behind that all. Not

Re-Write the Stars

Hallo Khill, Selamat Malam….! Ini kali pertama saya menulis lagi setelah kesibukan yang menumpuk. Emm maksudku bukan sibuk sebenarnya. Hanya kemalasan yang dibiarkan berlarut-larut. Kamu tau? Ketika saya menulis seperti ini, berarti ada hal yang benar-benar tidak sanggup kusampaikan secara langsung. Well, ketika   kamu membaca surat ini, mungkin kita tidak dalam keadaan dan hati   yang dekat jaraknya. Seperti kemarin, kita atau mungkin saya saja harus menjalani hari-hari yang akan sangat panjang. Kamu tahu? Selama 8 bulan berjarak, hal yang paling saya tunggu-tunggu adalah momen pulang. Bagiku itu sangat berharga: Bagiku kamu adalah rumah: tempat pulang” Tapi di momen pertemuan kedua kita setelah kedatanganku, saya harus mendapati kenyataan kalau sebenarnya kamu sempat mengharapkan yang   lain. yang benar-benar   tidak pernah ku prediksi sebelumnya “karena saya terlalu percaya”. And it makes me so sad. Really! Setelah ku salami beberapa hal, saya sadar. Beberapa

Kenapa kita harus bersyukur

Kita hidup di dunia bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk orang lain. Beberapa potong kalimat yang pernah kau ucapkan khill. Saya mengagguk, mengerti. Beberapa waktu lalu, kubaca cerita tentang bagaimana orang-orang berusaha mengeja maksud dari orang-orang sekitanya. Satu dari yang paling berkesan adalah cerita tentang dua orang buta yang berusaha mengerti satu sama lain. Dalam cerita itu diceritakan jika keduanya telah cacat sejak lahir. Mereka adalah suami istri. Katanya lagi, bapaknya adalah orang yang peka, terus ibunya asyik diajak bercanda. Bapaknya rajin mengaji, dan  ibunya pandai bernyanyi... Oleh sebab mereka buta, mereka jatuh cinta lewat suara, tapi tidak saling melepas dalam genggaman. Eits satu lagi, mereka  mengerti dengan saling mendengarkan.. ahh romantis sekali mereka, khill. Meski buta, mereka tahu bagaimana harus mengistimewakan satu sama lain. Mereka bahagia  sekali. Mereka pandai sekali bersyukur. Saya tidak punya maksud apa-apa dengan mencerit

Doa-doa yang dirapel

Selamat datang di tempat persembunyianku, khill. Saya agak latah harus memulai tulisan ini darimana. Bukan karena saya tidak punya ide, bukan. Justru terlalu banyak hal yang mau saya tumpahkan disini dan kau tahu? Semuanya (mungkin) berhubungan denganmu. Bolehkah? Bolehkah seandainya di beberapa tulisan ini, perihalnya ditujukan kepadamu? Kuharap begitu. Khill, saya ini orangnya melankolis, perasa,  tapi paling tidak bisa menunjukkan secara gamblang. Saya juga lumayan cengeng. Mataku mata kaca, mudah pecah dan berair mata. Jadi, di awal tulisan ini, saya mau kamu mengerti terlebih dahulu. Pasalnya, akan banyak sekali kejadian-kejadian yang akan tertuang disini, harapannya biar kamu paham dulu. Baiklah khill, sekarang, bagaimana keadaan hatimu ? semoga selalu lebih baik. Khill, kamu perlu tahu, hampir semua orang di dunia ini punya doa. Entah untuk dirinya sendiri, maupun untuk orang lain. Sebagian berdoa agar selalu di berikan kekuatan untuk menjaga yang telah dimiliki, sel

Surat Terakhir

R ey, ini surat terakhir. Setelah ku selami beberapa hal,saat kutulis ini,  rupanya saya telah benar-benar bisa melupakanmu. Beberapa orang terdekatku  saat ini telah menyadarkan banyak hal. Termasuk cara berhenti menyayangimu. Kau tahu, setelah kau, banyak sekali yang datang, meski belum pernah ku temukan yang seperti kau dulu. Penuh kejutan dan selalu tahu cara menyikapi sikapku yang kadang kekanak-kanakan, romantic, dan ahh banyak sekali hal lainnya.Oiya, saya harus menghapus semua rekamnmu di HP saya, itu lebih baik.   Dan...  Dan satu hal yang mau saya tekankan sekali lagi disini adalah… saya Berhasil menyimpanmu di nama ke sekian di daftar prioritasku. Jadi, kau sebenarnya tidak benar-benar lenyap. Hanya saja, saya harus tahu kapan harus berhenti. Dan sekarang adalah waktu yang paling tepat. Terimakasih atas semuanya, mari menjadi teman seperti dulu.. waktu pertama kali kita bertemu, 13 tahun yang lalu. Semoga kamu baik-baik saja. Saya bahagia sekarang. Semoga kamu pun be

Menanti Celengan Harapan

Menghitung mundur... Rey, besok sudah Desember, itu artinya: beberapa hari lagi menuju penghujung tahun.  KITA atau mungkin AKU (saja) akan segera membuka harapan-harapan yang telah dituliskan pada kertas lusuh dan disimpan rapat-rapat dalam celengan harapan 1 januari lalu. Barangkali ada harapan yang terwujud, adapula harapan yang masih menunggu, atau mungkin ada harapan yang pupus sama sekali. Entahlah. Doaku: Semoga hari-hari di akhir tahunmu menyenangkan.